JARINGAN PADA HEWAN DAN TUMBUHAN
Jaringan dalam biologi adalah
sekumpulan sel yang
memiliki bentuk dan fungsi yang sama. Jaringan-jaringan yang berbeda dapat
bekerja sama untuk suatu fungsi fisiologiyang
sama membentuk organ.
Jaringan dipelajari dalam cabang biologi yang
dinamakanhistologi, sedangkan cabang biologi yang mempelajari berubahnya
bentuk dan fungsi jaringan dalam hubungannya dengan penyakit adalah histopatologi.
Jaringan dimiliki oleh organisme yang telah memiliki pembagian tugas untuk
setiap kelompok sel-selnya. Organisme bertalus, seperti alga (“ganggang”) dan fungi (“jamur”), tidak memiliki perbedaan jaringan,
meskipun mereka dapat membentuk struktur-struktur khas mirip organ,
seperti tubuh
buah dan sporofor. Tumbuhan lumut dapat
dikatakan telah memiliki jaringan yang jelas, meskipun ia belum memiliki
jaringan pembuluh yang jelas.
A. Jaringan hewan
(termasuk manusia)
Ada empat kelompok jaringan dasar yang
membentuk tubuh semua hewan,
termasukmanusia dan
organisme multiseluler tingkat
rendah seperti artropoda: jaringan epitelium, jaringan pengikat, jaringan
penyokong, dan jaringan saraf.
Jaringan epitelium.
Jaringan yang disusun oleh lapisan sel
yang melapisi permukaan organ seperti permukaankulit. Jaringan ini berfungsi untuk melindungi organ yang
dilapisinya, sebagai organ sekresidan
penyerapan.
Jaringan epitel terdiri dari 3 macam:
1. Eksotelium: epitel yang membungkus
bagian luar tubuh
2. Endotelium: epitel yang melapisi
organ dalam tubuh
3. Mesotelium: epitel yang membatasi
rongga tubuh
Fungsi jaringan epitelium yakni:
a. Absorpsi, misalnya pada usus yang
menyerap sari-sari makanan
b. Sekresi, contohnya testis yang
mensekresikan sperma
c. Ekskresi, kulit yang mengeluarkan
keringat
d. Transportasi, mengatur tekanan
osmosis dalam tubuh
e. Proteksi, kulit melindungi jaringan
tubuh di bawahnya
f. Penerima rangsang, kulit yang
menanggapi rangsang dari luar
g. Pernapasan, kulit katak berfungsi
sebagai alat pernapasan
h. Alat gerak, selaput kaki pada kulit
katak membantu dalam pergerakan
g. Mengatur suhu tubuh, kulit mengatur
suhu tubuh dengan mengeluarkan keringat jika tubuh kepanasan
Jaringan pengikat.
Sesuai namanya, jaringan pengikat
berfungsi untuk mengikat jaringan dan alat tubuh. Contoh jaringan ini adalah
jaringan darah.
Jaringan otot.
Jaringan otot terbagi atas tiga kategori
yang berbeda yaitu otot licin yang dapat ditemukan di organ tubuh bagian dalam,
otot lurik yang dapat ditemukan pada rangka tubuh, dan otot jantung yang dapat
ditemukan di jantung.
Jaringan saraf.
adalah jaringan yang berfungsi untuk
mengatur aktivitas otot dan organ serta menerima dan meneruskan rangsangan.
Jaringan penyokong
adalah jaringan yang terdiri dari
jaringan tulang rawan dan jaringan tulang yang berfungsi untuk memberi bentuk
tubuh,melindungi tubuh,dan menguatkan bentuk tubuh
B. Jaringan tumbuhan
Jaringan tumbuhan relatif
lebih homogen daripada jaringan hewan. Tumbuhan tidak memiliki kemampuan
lokomosi (berpindah)/bergerak secara aktif sebagaimana hewan. Meskipun
demikian, banyak sel-sel baru terbentuk untuk berbagai jaringan sebagai
kompensasi banyaknya sel-sel yang mati, yang menjadi pasif karena berperan
sebagai sel-sel penyimpan cadangan energi (misalnya pada buah atau umbi) atau metabolit sekunder, dan untuk mengisi jaringan baru karena tumbuhan
selalu bertambah massanya, khususnya bagi tumbuhan tahunan.
Jaringan yang aktif memperbanyak diri dan tidak memiliki fungsi khusus
disebut jaringan meristematik, sementara jaringan yang telah mantap
dengan fungsinya disebut jaringan tetap/permanen.
Jaringan meristematik
Jaringan meristematik terdiri dari
sel-sel meristem, suatu analog dari sel-sel punca (stem
cells) hewan. Jaringan ini dapat ditemukan pada titik-titik
tumbuh di ujung batang danakar (disebut meristem pucuk/ujung/apikal), di
bawah kulit kayu (sebagai kambium gabus
maupun kambium pembuluh, disebut meristem tepi/lateral), dan di tepi ruas atau buku, serta pada pangkal tangkai daun (meristem
antara/interkalar). Jaringan ini, terutama meristem ujung, mudah diinduksi
untuk diperbanyak secara in vitro.
Dalam jargon kultur jaringan,
sel-sel ini dikatakan bersifat embrionik (“dapat membentuk
embrio”). Jaringan meristematik juga terbentuk apabila ada bagian tumbuhan yang
terbuka, misalnya karena terluka. Mobilisasi beberapa fitohormon,
biasanya auksin dan sitokinin, akan memicu terbentuknya sel-sel meristem yang membentuk
semacam jaringan tidak terdiferensiasi yang disebut kalus.
Jaringan permanen
Jaringan permanen dikategorikan menjadi
tiga kelompok utama: epidermis (jaringan pelindung, terdiri dari sel-sel yang
menyusun lapisan luar daun dan
bagian-bagian tumbuhan yang masih muda), jaringan pengangkut (menyusun xilem dan floem), danjaringan dasar (mencakup
parenkim, klorenkim, kolenkim, dan sklerenkim).
Epidermis melindungi bagian dalam organ
sehingga tidak bersentuhan langsung dengan pengaruh keadaan di luar organ.
Epidermis dapat dilindungi oleh lapisan tipis di bagian luar yang dikenal
sebagai kutikula. Dapat juga ditemukan lapisan malam (wax).
Sel-sel epidermis biasanya berbentuk segi empat apabila dilihat dari samping,
berjajar homogen. Namun demikian, epidermis dapat mengalami perubahan menjadi
sel-sel penutup atau sel penjaga stomata beserta beberapa sel tetangga, trikoma (miang atau rambut daun/batang), duri, serta rambut
kelenjar.
Jaringan pengangkut dimiliki oleh tumbuhan berpembuluh (Tracheophyta).Gymnospermae memiliki
jaringan trakeida, serabut trakeida, dan parenkim kayu sebagai penyusun
xilem. Angiospermae memiliki tambahan jaringan trakea selain
jaringan yang dimiliki Gymnospermae. Floem (pembuluh tapis) tersusun dari
jaringan buluh tapis dan sel-sel pengiring.
Jaringan dasar menyusun sebagian besar
tubuh tumbuhan (biomassa). Kelompok jaringan ini memiliki banyak fungsi
tergantung tempat ia berada. Seringkali ia mengisi bagian terbesar dari suatu
organ, menyusun daging buah, kulit batang, isi umbi atau rimpangyang
menyimpan pati atau
metabolit sekunder tertentu (seperti alkaloid dan terpenoid).
Jaringan ini juga dapat mengalami kematian dengan mengosongkan isi sel-selnya
untuk membentuk struktur berongga (aerenkim) seperti ruang dalam gelembung pada
tangkai daun eceng gondok atau rongga dalam buluh bambu.
1. Sel dan Jaringan
Tumbuhan
Secara evolusi, tumbuhan berbiji
merupakan organisme yang telah teradaptasi dengan lingkungan di daratan.
Tumbuhan memiliki karakteristik dalam struktur dan fungsi khusus untuk
menunjang kehidupannya di daratan tersebut. Pola struktur jaringan tumbuhan
bervariasi dalam setiap jenis tumbuhan yang tergantung pada tahap pertumbuhan
dan perkembangan dari tumbuhan itu sendiri. Umumnya, tumbuhan berbiji memiliki
struktur dasar organ yang sama, yaitu terdiri atas: akar, batang, dan daun.
Namun, ketiga struktur organ tersebut memiliki variasi dalam hal ukuran,
bentuk, dan fungsi pada setiap jenis tumbuhan. Adanya variasi dari ketiga
struktur dasar tersebut memungkinkan tumbuhan dapat melangsungkan kehidupannya
dalam lingkungan yang beragam, seperti di daerah perairan dun gurun pasir yang
tandus. semua jenis tumbuhan memiliki dasar persoalan yang sama yaitu bagaimana
mereka dapat memperoleh air dari dalam tanah, melalui batang dan membawanya
hingga sampai di daun untuk bahan dasar fotosisntesis dengan bantuan sinar
matahari. secara umum, tumbuhan memiliki dua sistem organ, yaitu: sistem
pucuk-(shoot system) yang terletak di bagian atas tanah yang membentuk organ
batang, daun, tunas, bunga, buah, dan biji; sistem akai (root systen), yang terletak
di bawah tanah membentuk organ akar umbi, dan akar rimpang (rizoma)
Semua organisme tersusun oleh sel yang
memiliki variasi dalam bentuk, ukuran, dan fungsi. sel tumbuhan berbeda dengan
sel hewan karena memiliki struktur khusus, di antaranya sel tumbuhan mempunyai
dinding sel yang nyata dan bersifat kaku sehingga tumbuhan tidak dapat bebas
berpindah tempat sebagaimana hewan. Di samping itu, sel tumbuhan memiliki
organel khusus untuk fotosintesis, yaitu kloroplas (plastida). Kloroplas
mengandung pigmen klorofil yang dapat mengabsorpsi energi matahari dan dapat
mengubah senyawa anorganik (CO, dan-air) menjadi senyawa karbohidrat yang dapat
digunakan oleh makhluk hidup lain sebagai makanan. Dengan struktur demikian,
maka tumbuhan hijau merupakan produsen bagi organisme lain dan bersifat
fotoautotrof. Bentuk sel tumbuhan bermacam-macam. Ada yang berbentuk seperti
kubus, prisma, kotak, elips, poligonal, memanjang seperti serabut dan ada yang
seperti pipa. ukuran rata-rata sel tumbuhan berkisar antara 10 – 100 m.
Beberapa sel tumbuhan memiliki diameter sampai 1 mm atau lebih, sehingga dapat
dilihat langsung dengan mata biasa. pada dasarnya, tumbuhan mempunyai dua
bagian utama, yaitu protoplas dan dinding sel. Protoplas terdiri atas
bagian-bagian yang bersifat hidup dan tidak hidup. Sedangkan, dinding sel
bersifat tidak hidup. Ciri khas yang lain dari sel tumbuhan adalah memiliki
vakuola yang besar yang berperan sebagai tempat cadangan makanan dan memelihara
kekakuan dinding sel dari cengkraman stress lingkungan. Kelompok sel tumbuhan
tertentu membentuk suatu kelompok sel yang memiliki struktur dan fungsi yang
sama dan disebut jiringan. jaringan pada tumbuhan berasal dari pembelahan sel
embrional yang berdiferensiasi menjadi bermacam-macam bentuk vang memiliki fungsi
khusus.
Berdasarkan aktivitas pembelahan sel
selama fase pertumbuhan dan perkembangan sel/jaringan tumbuhan, maka jenis
jaringan pada tumbuhan dibagi menjadi dua, yaitu jaringan meristem dan jaringan
dewasa (permanen). Berikut akan diuraikan karakateristik dari kedua macam
jaringan tersebut secara rinci.
A. Jaringan Meristem (
Jaringan Embrional )
Meristem adalah jaringan yang sel-selnya
mampu membelah diri dengan cara mitosis secara terus menerus (bersifat
embrional) untuk menambah jumlah sel-sel tubuh pada tumbuhan. Meristem terdapat
pada bagian-bagian tertentu saja pada tumbuhan.
Berdasarkan letaknya, meristem dibedakan atas:
a) meristem apikal (meristem ujung) terdapat pada ujung-ujung pokok batang dan cabang serta ujung akar,
b) meristem interkalar/aksilar (meristem antara), terdapat di antara jaringan dewasa, misalnya pada pangkal ruas batang,
c) meristem lateral (meristem samping), terletak sejajar dengan permukaan organ, misalnya kambium dan kambium gabus.
Berdasarkan letaknya, meristem dibedakan atas:
a) meristem apikal (meristem ujung) terdapat pada ujung-ujung pokok batang dan cabang serta ujung akar,
b) meristem interkalar/aksilar (meristem antara), terdapat di antara jaringan dewasa, misalnya pada pangkal ruas batang,
c) meristem lateral (meristem samping), terletak sejajar dengan permukaan organ, misalnya kambium dan kambium gabus.
Pada umumnya, sel-sel penyusun jaringan
meristem berdinding tipis, isodiametris, dan relatif kaya akan protoplasma.
Vakuola sel meristem sangat kecil dan tersebar di seluruh protoplasma. Jaringan
ini terdiri atas sel-sel yang belum terdiferensiasi. Kemampuan jaringan
meristem untuk bermitosis secara terus-menerus menyebabkan tumbuhan dapat
bertambah tinggi dan besar. Berdasarkan asal terbentuknya, jaringan meristem
digolongkan menjadi dua, yaitu meristem primer dan meristem skunder. Meristem
primer berasal dari jaringan embrional (embrio/lembaga) yang membelah secara
mitosis dan menghasilkan pertumbuhan primer pada tumbuhan sehingga menyebabkan
tumbuhan dapat bertambah tinggi. Meristem primer biasanya terdapat pada ujung
(pucuk) batang dan ujung akar. Meristem sekunder berasal dari jaringan
dewasa yang selselnya telah berkembang lebih lanjut (terdiferensiasi), biasanya
pada tumbuhan dikotil. Dari jaringan meristem sekunder akan menghasilkan
pertumbuhan sekunder yang menyebabkan batang menjadi bertambah besat misalnya
aktivitas kambium pada batang tumbuhan clikotil akan menghasilkan pembuluh kayu
(xilem) ke bagian dalam dan pembuluh tapis (floem) ke bagian luar. Selain itu,
terdapat kambium gabus (felogen) yang juga merupakan bagian dari pertumbuhan
sekunder yang disebut periderm.
Kambium gabus terdiri atas tiga bagian
yaitu:
1) felem, yaitu jaringan gabus itu sendiri yang tersusun atas sel – sel mati
2) felogen, yaitu bagian kambium gabus yang mengarah ke luar membentuk felem
1) felem, yaitu jaringan gabus itu sendiri yang tersusun atas sel – sel mati
2) felogen, yaitu bagian kambium gabus yang mengarah ke luar membentuk felem
3) feloderm, yaitu bagian vang dibentuk
felogen kearah dalam dan merupakan jaringan yang sifatnva serupa parenkim dan
terdiri atas sel-sel hidup.
b.. Jaringan Permanen ( Jaringan Dewasa
)
Jaringan dewasa merupakan kelompok sel
tumbuhan yang berasal dari pembelahan sel – sel meristem dan telah mengalami
pengubahan bentuk yang disesuaikan dengan fungsinya (Diferensiasi). Jaringan
dewasa ada yang sudah tidak bersifat meristematik lagi (sel penyusunnya sudah
tidak membelah lagi) sehingga disebut jaringan permanen.
Berdasarkan bentuk dan fungsinya,
jaringan dewasa pada tumbuhan dibedakan menjadi empat macam jaringan yaitu:
Jaringan Epidermis, Jaringan Dasar (Parenkim), Jaringan Penyokong,. Jaringan
Pengangkut.
1. Jaringan Epidermis
Epidermis rnerupakan jaringan paling
luar vang menutupi permukaan organ tumbuhan, seperti: daun, bagian bunga, buah,
biji, batang, dan akar. Fungsi utama jaringan epidermis adalah sebagai
pelindung jaringan yang ada di bagian sebelah dalam. Bentuk, ukuran, dan
susunan, serta fungsi sel epidermis berbeda-beda pada berbagai jenis organ
tumbuhan. Ciri khas sel epidermis adalah sel–selnya rapat satu sama lain
membentuk bangunan padat tanpa ruang antar sel. Dinding sel epidermis ada yang
tipis, ada yang mengalami penebalan di bagian yang menghadap ke permukaan
tubuh, dan ada yang semua sisinya berdinding tebal dan mengandung lignin.
Seperti kita temukan pada biji dan daun
pinus. Dinding luar sel epidermis biasanva mengandung kutin, yaitu senyawa
lipid yang mengendap di antara selulosa penvusun dinding sel sehingga membentuk
lapisan khusus di permukaan sel yang disebut kutikula. Di permukaan luar
kutikula kadangkala kita temukan lapisan lilin vang kedap air untuk mengurangi
penguapan air.
Beberapa bentuk khusus sel epidermis yang telah berubah struktur dan f ungsinva diantaranya
adalah: stomata (mulut daun) yang berperan sebagai tempat pertukaran gas dan uap air, trikoma yang berupa tonjolan epidermis dan tersusun atas beberapa sel yang mengalami penebalan sekunder. Trikoma ini berperan sebagai kelenjar yang mengeluarkan zat seperti terpen, garam, dan gula; rambut akar merupakan tonjolan epidermis akar yang memiliki dinding sel tipis dengan vakuola besar. ]aringan epidermis tetap ada sepanjang hidup organ tertentu vang tidak mengalami penebalan sekunder. Pada beberapa tumbuhan vang berumur panjang, epidermis digantikan oleh jaringan gabus, bila batangnya menua.
Beberapa bentuk khusus sel epidermis yang telah berubah struktur dan f ungsinva diantaranya
adalah: stomata (mulut daun) yang berperan sebagai tempat pertukaran gas dan uap air, trikoma yang berupa tonjolan epidermis dan tersusun atas beberapa sel yang mengalami penebalan sekunder. Trikoma ini berperan sebagai kelenjar yang mengeluarkan zat seperti terpen, garam, dan gula; rambut akar merupakan tonjolan epidermis akar yang memiliki dinding sel tipis dengan vakuola besar. ]aringan epidermis tetap ada sepanjang hidup organ tertentu vang tidak mengalami penebalan sekunder. Pada beberapa tumbuhan vang berumur panjang, epidermis digantikan oleh jaringan gabus, bila batangnya menua.
2. Jaringan Parenkim (
Jaringan Dasar)
Parenkim terdiri atas kelompok sel hidup
yang bentuk, ukuran, maupun fungsinya berbeda-beda. Sel-sel parenkim mampu
mempertahankan kemampuannya untuk membelah meskipun telah dewasa sehingga
berperan penting dalam proses regenerasi. Sel-sel parenkim yang telah dewasa
dapat bersifat meristematik bila lingkungannya memungkinkan. Jaringan parenkim
terutama terdapat pada bagian kulit batang dan akar, mesofil daun, daging buah,
dan endosperma biji. Sel-sel parenkim juga tersebar pada jaringan lain,
seperti pada parenkim xilem, parenkim floem, dan jari-jari empulur.Ciri utama
sel parenkim adalah memiliki dinding sel yang tipis, serta lentur. Beberapa sel
parenkim mengalami penebalan, seperti pada parenkim xilem. Sel parenkim
berbentuk kubus atau memanjang dan mengandung vakuola sentral yang besar.
Ciri khas parenkim yang lain adalah
sel-selnya banyak memiliki ruang antarsel karena bentuk selnya membulat.
Parenkim yang mempunyai ruang antarsel adalah daun. Ruang antarsel ini
berfungsi sebagai sarana pertukaran gas antar klorenkim dengan udara luar. Sel
parenkim memiliki banyak fungsi, yaitu untuk berlangsungnya proses
fotosintesis, penyimpanan makanan dan fungsi metabolisme lain. Isi sel parenkim
bervariasi sesuai dengan fungsinya, misalnya sel yang berfungsi untuk
fotosintesis banyak mengandung kloroplas. Jaringan yang terbentuk dari sel-sel
parenkim semacam ini disebut klorenkim. Cadangan makanan yang terdapat pada sel
parenkim berupa larutan dalam vakuola, cairan dalam plasma atau berupa kristal
(amilum). Sel parenkim merupakan struktur sel yang jumlahnya paling banyak
menyusun jaringan tumbuhan.
Ciri penting dari sel parenkim adalah dapat membelah dan terspesialisasi menjadi berbagai jaringan yang memiliki fungsi khusus. Sel parenkim biasanya menyusun jaringan dasar pada tumbuhan, oleh karena itu disebut jaringan dasar.
Ciri penting dari sel parenkim adalah dapat membelah dan terspesialisasi menjadi berbagai jaringan yang memiliki fungsi khusus. Sel parenkim biasanya menyusun jaringan dasar pada tumbuhan, oleh karena itu disebut jaringan dasar.
Berdasarkan fungsinya, parenkim dibagi
menjadi bebrapa jenis jaringan, yaitu:
1) Parenkim Asimilasi
Biasanya terletak di bagian tepi suatu
organ, misalnya pada daun, batang yang berwarna hijau, dan buah. Di dalam
selnya terdapat kloroplas, yang berperan penting sebagai tempat berlangsungnya
proses fotosintesis,
2) Parenkim Penimbun
Biasanya terletak di bagian dalam tubuh,
misalnya: pada empulur batang, umbi akaL umbi lapis, akar rimpang (rizoma),
atau biji. Di dalam sel-selnya terdapat cadangan makanan yang berupa gula,
tepung, lemak atau protein,
3) Parenkim Air
Terdapat pada tumbuhan yang hidup di
daerah panas (xerofit) untuk menghadapi masa kering, misalnya pada tumbuhan
kaktus dan lidah buaya,
4) Parenkim Udara
Ruang antar selnva besar, sel- sel
penyusunnya bulat sebagai alat pengapung di air, misalnya parenkim pada tangkai
daun tumbuhan enceng gondok
3. Jaringan Penyokong
Jaringan penyokong atau jaringan penguat
pada tumbuhan terdiri atas sel-sel kolenkim dan sklerenkim. Kedua bentuk
jaringan ini merupakan jaringan sederhana, karena sel-sel penyusunnya hanya
terdiri atas satu tipe sel
1) Kolenkim
Kolenkim tersusun atas sel-sel hidup
yang bentuknya memanjang dengan penebalan dinding sel yang tidak merata dan
bersifat plastis, artinya mampu membentang, tetapi tidak dapat kembali seperti
semula bila organnya tumbuh. Kolenkim terdapat pada batang, daun, bagian-bagian
bunga, buah, dan akar. Sel kolenkim dapat mengandung kloroplas yang menyerupai
sel-sel parenkim. Sel – sel kolenkim dindingnya mengalami penebalan dari
kolenkim bervariasi, ada yang pendek membulat dan ada yang memanjang seperti
serabut dengan ujung tumpul.
Berdasarkan bagian sel yang mengalami penebalan, sel kolenkim dibedakan atas:
1. kolenkim angular (kolenkim sudut), adalah jaringan kolenkim dengan penebalan dinding sel pada bagian sudut sel;
2. kolenkim lamelal, merupakan jaringan kolenkim yang penebalan dinding selnya membujur;
3. kolenkim anular, merupakan kolenkim yang penebalan dinding selnya merata pada bagian dinding sel sehinggi berbentuk pipa.
Berdasarkan bagian sel yang mengalami penebalan, sel kolenkim dibedakan atas:
1. kolenkim angular (kolenkim sudut), adalah jaringan kolenkim dengan penebalan dinding sel pada bagian sudut sel;
2. kolenkim lamelal, merupakan jaringan kolenkim yang penebalan dinding selnya membujur;
3. kolenkim anular, merupakan kolenkim yang penebalan dinding selnya merata pada bagian dinding sel sehinggi berbentuk pipa.
2) Sklerenkim
Sklerenkim merupakan jaringan penyokong
tumbuhan, yang sel – selnya mengalami penebalan sekunder dengan lignin dan
menunjukkan sifat elastis. Sklerenkim tersusun atas dua kelompok sel, yaitu
sklereid dan serabut. Sklereid disebut juga sel batu yang terdiri atas sel –
sel pendek, sedangkan serabut sel – selnya. panjangsklereid berasal dari
sel-sel parenkim, sedangkan serabut berasal dari sel – sel meristem. Sklereid
terdapat di berbagai bagian tubuh. Sel – selnya membentuk jaringan yang keras,
misalnya pada tempurung kelapa, kulit biji dan mesofil daun. Serabut berbentuk
pita dengan anyaman menurut pola yang khas. Serabut sklerenkim banyak menyusun
jaringan pengangkut.
4. Jaringan Pengangkut
Jaringan pengangkut pada tumbuhan
terdiri atas sel-sel xilem dan floem, yang membentuk berkas pengangkut (berkas
vaskuler). Xilem berperan mengangkut air dan mineral dari dalam tanah ke daun,
sedangkan floem berfungsi mengedarkan hasil fotosintesis dari daun ke seluruh
bagian tumbuhan.
1) Xilem
Xilem merupakan jaringan kompleks karena
tersusun dari beberapa tipe sel yang berbeda. Penyusun utamanya adalah trakeid
dan trakea sebagai saluran pengangkut air dengan penebalan dinding sel yang
cukup tebal sekaligus berfungsi sebagai penyokong. Xilem juga tersusun atas
serabut, sklerenkim, serta sel-sel parenkim yang hidup dan berperan dalam
berbagai kegiatan metabolisme sel. Xilem disebut juga sebagai pembuluh kayu
yang membentuk kayu pada batang.
Trakeid dan trakea merupakan dua kelompok sel yang membangun pembuluh xilem. Kedua tipe sel berbentuk bulat panjang, berdinding sekunder dari lignin dan tidak mengandung kloroplas sehingga berupa sel mati. Perbedaan pokok antara keduanya, adalah pada trakeid tidak terdapat perforasi (lubang-lubang), hanya ada celah (noktah), berupa plasmodesmata yang menghubungkan satu sel dengan sel lainnya. Sedangkan pada trakea terdapat perforasi pada bagian ujung-ujung selnya. Transpor air dan mineral pada trakea berlangsung melalui perforasi ini, sedangkan pada trakeid berlangsung lewat noktah (celah) antar sel selnya. Sel-sel pembentuk trakea tersusun sedemikian rupa sehingga merupakan deretan sel memanjang (ujung bertemu ujung) membentuk pipa panjang (kapiler). Bentuk penebalan pada dinding trakea dapat berupa cincin spiral, atau jala.
Trakeid dan trakea merupakan dua kelompok sel yang membangun pembuluh xilem. Kedua tipe sel berbentuk bulat panjang, berdinding sekunder dari lignin dan tidak mengandung kloroplas sehingga berupa sel mati. Perbedaan pokok antara keduanya, adalah pada trakeid tidak terdapat perforasi (lubang-lubang), hanya ada celah (noktah), berupa plasmodesmata yang menghubungkan satu sel dengan sel lainnya. Sedangkan pada trakea terdapat perforasi pada bagian ujung-ujung selnya. Transpor air dan mineral pada trakea berlangsung melalui perforasi ini, sedangkan pada trakeid berlangsung lewat noktah (celah) antar sel selnya. Sel-sel pembentuk trakea tersusun sedemikian rupa sehingga merupakan deretan sel memanjang (ujung bertemu ujung) membentuk pipa panjang (kapiler). Bentuk penebalan pada dinding trakea dapat berupa cincin spiral, atau jala.
2) Floem
Pada prinsipnya, floem merupakan
jaringan parenkim.Tersusun atas beberapa tipe sel yang berbeda, yaitu buluh
tapis, sel pengiring, parenkim, serabut, dan sklerenkim.
Floem juga dikenal sebagai pembuluh tapis, yang membentuk kulit kayu pada batang. Unsur penyusun pembuluh floem terdiri atas dua bentuk, yaitu: sel tapis (sieve plate) berupa sel tunggal dan bentuknya memanjang dan buluh tapis (sieve tubes) yang serupa pipa. Dengan bentuk seperti ini pembuluh tapis dapat menyalurkan gula, asam amino serta hasil fotosintesis lainnya dari daun ke seluruh bagian tumbuhan.
Floem juga dikenal sebagai pembuluh tapis, yang membentuk kulit kayu pada batang. Unsur penyusun pembuluh floem terdiri atas dua bentuk, yaitu: sel tapis (sieve plate) berupa sel tunggal dan bentuknya memanjang dan buluh tapis (sieve tubes) yang serupa pipa. Dengan bentuk seperti ini pembuluh tapis dapat menyalurkan gula, asam amino serta hasil fotosintesis lainnya dari daun ke seluruh bagian tumbuhan.
ORGAN PADA TUMBUHAN
Tumbuhan memiliki bermacam-macam organ
yang tersusun atas beberapa jaringan tumbuhan. Berdasarkan fungsinya, organ
pada tumbuhan dibedakan menjadi organ sebagai alat hara (orgnna nutritiaum),
dan organ reproduksi (organa reproductikum). Alat hara meliputi akar, batang,
dan daun, sedangkan organ reproduksi berupa putik dan benang sari yang terdapat
pada bunga.
1. Akar
Akar merupakan organ tumbuhan yang
penting karena berperan sebagai alat pencengkeram pada tanah/penguat dan
sebagai alat penyerap air. Akar memiliki bagian pelindung berupa tudung akar
yang tidak dimiliki oleh organ lain. Berdasarkan asal terbentuknya, akar dapat
dibedakan atas akar primer dan akar adventitif. Akar primer terbentuk dari
bagian ujung embrio dan dari perisikel, sedangkan akar adventitif berkembang
dari akar yang telah dewasa selain dari perisikel atau keluar dari organ lain
seperti dari daun dan batang. Pada kebanyakan tumbuhan dikotil dan
gimnospermae, sistem perakaran berupa akar tunggang yang memiliki satu akar
pokok yang besar, sedangkan pada tumbuhan monokotil berupa akar serabut, yang
berupa rambut dan berukuran relatif sama. Pada irisan membujur akar akan
terlihat bagian-bagian akar, mulai dari yang paling ujung disebut ujung akar.
Ujung akar ditutupi oleh tudung akar (kaliptra). Kemudian dari ujung akar ke
arah atas, terdapat zona pembelahan sel, pada daerah ini terdapat meristem
apikal dan turunannya yang disebut meristem primer. Menuju ke atas, zona
pembelahan menyatu dengan zona pemanjangan. Pada zona pemanjangan, sel-sel
memanjang sampai sepuluh kali panjang semula, pemanjangan sel ini berguna untuk
mendorong ujung akar (termasuk meristem) kedepan. Semakin keatas , zona
pemanjangan akan bergabung dengan zona pematangan. Pada zona pematangan, sel
jaringan akar menyelesaikan dan menyempurnakan diferensiasinya. Apabila
kita membuat irisan melintang akar muda, maka akan terlihat struktur sel dan
jaringan penyusun akar, berturut – turut, yaitu epidermis, korteks, endodermis
dan stele (silinder pusat).
Lapisan terluar dari akar adalah
epidermis yang tersusun atas sel –sel yang tersusun rapat satu sama lain tanpa
ruang antar sel, berdinding tipis, dan memanjang, sejajar sumbu akar. Dinding
sel epidermis tersusun dari bahan selulosa dan pectin yang menyerap air.
Epidermis akar biasanya satu lapis. PErmukaan sel epidermis sebelah luar
membentuk tonjolan yaitu berupa rambut atau bulu akar. Korteks akar terutama
terdiri atas jaringan parenkim yang relative renggang dan sedikit jaringan
penyokongnya. Di sebelah dalam lapisan epidermis sering terdapat selapis atau
beberapa lapis sel membentuk jaringan padat yang disebut hipodermis atau
eksodermis yang dinding selnya mengandung suberin dan lignin. Di sebelah
dalam korteks terdapat selapis sel yang bersambung membentuk silinder dan memisahkan
korteks dari slinder berkas pengangkut di sebelah dalamnya. Lapisan ini disebut
endodermis. Sel-sel endodermis membentuk pita kaspari, yaitu penebalan dari
suberin dan lignin pada sisi radial. Akibat adanya penebalan ini, larutan tidak
bisa menembusnya. Silinder pusat akar (stele) tersusun atas berkas pengangkut.
Bagian ini dipisahkan dari korteks oleh endodermis. Bagian luar yang berbatasan
dengan endodermis adalah perisikel yang tersusun atas sel-sel parenki
berdinding tipis dan mempunyai potensi meristematik, sehingga sering disebut
sebagai perikambium. Peranan perisikel terutama sebagai awal terbentuknya
cabang akar tempat terjadinya kambium vaskuler, kambium gabus dan berperan
dalam proses penebalan akar. sebelah dalam perisikel terdapat berkas pengangkut
xilem dan floem. Xilem pada tumbuhan dikotil mengumpul di bagian tengah
silinder pusat, tersusun seperti bentuk bintang, sedangkan pada tumbuhan
monokotil, xilem dan floem letaknya berselang-seling.
2. Batang
Pada tumbuhan dikotil, berkas pembuluh
tersusun dalam suatu lingkaran sehingga korteks terdapat di bagian luar
lingkaran dan empulur di bagian dalam lingkaran. Pada tumbuhan dikotil ini,
xilem tersusun di bagian dalam lingkaran. Di antara floem dan xilem terdapat
cambium yang menyebabkan pertumbuhan sekunder pada tumbuhan dikotil.
Kambium merupakan jaringan meristem lateral yang berfungsi dalam pertumbuhan
sekunder.
Dua macam kambium yang menghasilkan
jaringan sekunder tumbuhan dikotil, yaitu:
a) kambium pembuluh (vascular cambium) yairg menghasilkan xylem sekunder (kayu) ke arah dalam dan floem sekunder ke arah luar,
b) kambium gabus (cork cambium) yang menghasilkan suatu penutup keras dan tebal yang menggantikan epidermis pada batang dan akar.
a) kambium pembuluh (vascular cambium) yairg menghasilkan xylem sekunder (kayu) ke arah dalam dan floem sekunder ke arah luar,
b) kambium gabus (cork cambium) yang menghasilkan suatu penutup keras dan tebal yang menggantikan epidermis pada batang dan akar.
Empulur batang tersusun atas jaringan
parenkim yang mungkin mengandung kloroplas. Empulur mempunyai ruang antarsel
yang nyata dan tersusun atas perikambium yang disebut perisikel. Perikambium
dibatasi oleh floem primer di sebelah dalam dan endodermis di sebelah luarnya.
Jari-jari empulur berupa pita radier yang terdiri atas sederet sel,
mulai dari empulur sampai dengan floem. Fungsi utamanya adalah melangsungkan pengangkutan makanan ke arah radial. Pada tumbuhan dikotil, jari-jari empulur tampak berupa garis-garis halus yang membentuk lingkaran tahun.
mulai dari empulur sampai dengan floem. Fungsi utamanya adalah melangsungkan pengangkutan makanan ke arah radial. Pada tumbuhan dikotil, jari-jari empulur tampak berupa garis-garis halus yang membentuk lingkaran tahun.
3. Daun
Struktur morfologi daun pada setiap
jenis tumbuhan berbeda-beda. Oleh karena itu, struktur morfologi daun dapat
digunakan untuk mengklasifikasikan jenis-jenis tumbuhan. Struktur daun dapat
dilihat dari: bentuk tulang daun (menvirip, menjari, melengkung, dan sejajar);
bangun daun atau bentuk helaian daun (bulat, lanset, jorong, memanjang,
perisai,
jantung, dan bulat telur); tepi daun (bergerigi, beringgit, berombak, bergiri, dan rata); bentuk ujung daun (runcing,meruncing, tumpul, membulat, rompang/ terbelah, dan berduri); bentuk pangkal daun (runcing, meruncing, tumpul, membulat, rata, dan berlekuk); dan prmukaan (licin, kasap, berkerut, berbulu, dan bersisik). Tidak hanya sebagai tempat fotosintesis, daun juga berfungsi untuk transpirasi (penguapan air) dan respirasi (pernapasan). Bila kita mengamati preparat irisan melintang daun, maka akan kita jumpai bagian-bagian penyusun struktur anatomi daun yang sesuai dengan fungsi daun tersebut. Daun tersusun atas jaringan epidermis, jaringan parenkim, dan jaringan pengangkut. Epidermis berfungsi sebagai pelindung jaringan ini memiliki struktur khusus sebagai adaptasi untuk berkangsungnya proses fotosintesis, yaitu adanya stoma yang dalam jumlah banyak disebut stomata. Stomata tersusun atas sel penutup dan sel tetangga yang banyak mengandung kloroplas. Adanya stomata memungkinkan terjadinya pertukaran gas antara sel – sel fotosintetik dibagian dalam daun dengan udara disekitarnya. Stomata juga merupakan jalan keluarnya uap air.
jantung, dan bulat telur); tepi daun (bergerigi, beringgit, berombak, bergiri, dan rata); bentuk ujung daun (runcing,meruncing, tumpul, membulat, rompang/ terbelah, dan berduri); bentuk pangkal daun (runcing, meruncing, tumpul, membulat, rata, dan berlekuk); dan prmukaan (licin, kasap, berkerut, berbulu, dan bersisik). Tidak hanya sebagai tempat fotosintesis, daun juga berfungsi untuk transpirasi (penguapan air) dan respirasi (pernapasan). Bila kita mengamati preparat irisan melintang daun, maka akan kita jumpai bagian-bagian penyusun struktur anatomi daun yang sesuai dengan fungsi daun tersebut. Daun tersusun atas jaringan epidermis, jaringan parenkim, dan jaringan pengangkut. Epidermis berfungsi sebagai pelindung jaringan ini memiliki struktur khusus sebagai adaptasi untuk berkangsungnya proses fotosintesis, yaitu adanya stoma yang dalam jumlah banyak disebut stomata. Stomata tersusun atas sel penutup dan sel tetangga yang banyak mengandung kloroplas. Adanya stomata memungkinkan terjadinya pertukaran gas antara sel – sel fotosintetik dibagian dalam daun dengan udara disekitarnya. Stomata juga merupakan jalan keluarnya uap air.
Bagian tengah dari struktur anatomi daun
juga dapat kita jumpai jaringan parenkim yang menyusun mesofil daun dan terdiri
atas parenkim palisade (parenkim pagar / jaringan tiang) dan parenkim spons
(parenkim bunga karang. Parenkim palisade terdiri atas sel – sel yang memanjang
di sel –sel bulat dan pada bagian ini banyak terdapat ruang antar sel sebagai
tempat pertukaran gas selama fotosintesis berlangsung.
Hamper semua daun memiliki berkas pengangkut yang tampak sebagai tulang daun atau urat daun. Tulang daun ini berisi pembuluh angkut xylem dan floem. Berkas pengangkut pada daun berfungsi untuk mengangkut air dan hasil fotosintesis pada daun.
Hamper semua daun memiliki berkas pengangkut yang tampak sebagai tulang daun atau urat daun. Tulang daun ini berisi pembuluh angkut xylem dan floem. Berkas pengangkut pada daun berfungsi untuk mengangkut air dan hasil fotosintesis pada daun.
4. Bunga
Bunga merupakan organ reproduksi pada
tumbuhan, organ ini bukanlah organ pokok dan rnerupakan modifikasi (perubahan
bentuk) dari organ utama yaitu batang dan daun yang bentuk, susunan, dan
warnanya telah disesuaikan dengan fungsinya sebagai alat perkembangbiakan pada
tumbuhan. |ika kita memperhatikan bagian dasar bunga dan tangkai bunga, bagian
ini merupakan modifikasi dari batang, sedangkan kelopak dan mahkota bunga
merupakan modifikasi
dari daun yang bentuk dan warnanya berubah. Sebagian masih tetap bersifat seperti daun, sedangkan sebagian lagi akan mengalami metamorfosis membentuk bagian yang berperan dalam proses reproduksi. Kelopak bunga merupakan bagian bunga yang masih mempertahankan sifat daun. Kelopak bunga berfungsi untuk melindungi kuncup bunga sebelum bunga mekar. Mahkota bunga biasanya memiliki warna dan bentuk yang menarik jika dibandingkan dengan kelopak bunga. Mahkota bunga ini berperan dalam menarik serangga dan agen penyerbukan yang
lain. Benang sari merupakan bagian yang berperan sebagai alat reproduksi jantan pada bunga, benang sari terdiri atas kepala sari yang merupakan tempat berkembangnya serbuk sari (gametofit jantan) dan suatu tangkai yang disebut filamen (tangkai sari). Putik merupakan alat reproduksi betina pada bunga. Pada putik terdapat kepala putik yang biasanya memiliki permukaan yang lengket sebagai tempat menempelnya serbuk sari. Selain itu, putik memiliki saluran yang disebut tangkai putik. Saluran ini menuju ke ovarium pada dasar bunga yang mengandung bakal buah tempat sel telur (gametofit betina).
dari daun yang bentuk dan warnanya berubah. Sebagian masih tetap bersifat seperti daun, sedangkan sebagian lagi akan mengalami metamorfosis membentuk bagian yang berperan dalam proses reproduksi. Kelopak bunga merupakan bagian bunga yang masih mempertahankan sifat daun. Kelopak bunga berfungsi untuk melindungi kuncup bunga sebelum bunga mekar. Mahkota bunga biasanya memiliki warna dan bentuk yang menarik jika dibandingkan dengan kelopak bunga. Mahkota bunga ini berperan dalam menarik serangga dan agen penyerbukan yang
lain. Benang sari merupakan bagian yang berperan sebagai alat reproduksi jantan pada bunga, benang sari terdiri atas kepala sari yang merupakan tempat berkembangnya serbuk sari (gametofit jantan) dan suatu tangkai yang disebut filamen (tangkai sari). Putik merupakan alat reproduksi betina pada bunga. Pada putik terdapat kepala putik yang biasanya memiliki permukaan yang lengket sebagai tempat menempelnya serbuk sari. Selain itu, putik memiliki saluran yang disebut tangkai putik. Saluran ini menuju ke ovarium pada dasar bunga yang mengandung bakal buah tempat sel telur (gametofit betina).
C. Proses Pengangkutan
Pada Tumbuhan
1. Proses Pengangkutan Air dan Garam
Mineral
Pengangkutan air dan garam – garam
mineral pada tumbuhan tingkat tinggi, seperti pada tumbuhan biji dilakukan
melalui dua mekanisme pertama, air dan mineral diserap dari dalam tanah menuju
sel – sel akar. Pengangkutan ini dilakukan diluar berkas pembuluh, sehingga disebut
sebagai mekanisme pengangkutan ekstravaskuler. kedua , air dan mineral diserap
oleh akar. selanjutnya diangkut dalam berkas pembuluh yaitu pada pembuluh kayu
(xilem), sehingga proses pengangkutan disebut pengangkutan vaskuler. Air dan
garam mineral dari dalam tanah memasuki tumbuhan melalui epidermis akar,
menembus korteks akar, masuk ke stele dan kemudian mengalir naik ke pembuluh
xilem sampai pucuk tumbuhan.
a. Pengangkutan
Ekstravaskuler
Dalam perjalanan menuju silinder pusat,
air akan bergerak secara bebas di antara ruang antar sel. Pengangkutan air dan
mineral dari dalam tanah di luar berkas pembuluh ini dilakukan melalui 2
mekanisme, yaitu apoplas dan simplas.
1. Pengangkutan Apoplas
Pengangkutan sepanjang jalur
ekstraseluler yang terdiri atas bagian tak hidup dari akar tumbuhan, yaitu
dinding sel dan ruang antar sel. air masuk dengan cara difusi, aliran air
secara apoplas tidak tidak dapat terus mencapai xilem karena terhalang oleh
lapisan endodermis yang memiliki penebalan dinding sel dari suberin dan lignin
yang dikenal sebagai pita kaspari. Dengan demikian, pengangkutan air secara
apoplas pada bagian korteks dan stele menjadi terpisah.
2. Pengangkutan Simplas
Padap engangkutan ini, setelah masuk
kedalam sel epidermis bulu akar, air dan mineral yang terlarut bergerak dalam
sitoplasma dan vakuola, kemudian bergerak dari satu sel ke sel yang lain
melaluivplasmodesmata. Sistem pengangkutan ini , menyebabkan air dapat mencapai
bagian silinder pusat. Adapun lintasan aliran air pada pengangkutan simplas
adalah sel – sel bulu akar menuju sel – sel korteks, endodermis,
perisikel, dan xilem. dari sini , air dan garam mineral siap diangkut keatas
menuju batang dan daun.
b. Pengangkutan
melalui berkas pengangkutan (pengangkutan intravaskuler)
Setelah melewati sel – sel akar, air dan
mineral yang terlarut akan masuk ke pembuluh kayu (xilem) dan selanjutnya
terjadi pengangkutan secara vertikal dari akar menuju batang sampai kedaun.
Pembuluh kayu disusun oleh beberapa jenis sel, namun bagian yang berperan
penting dalam proses pengangkutan air dan mineral ini adalah sel – sel trakea.
Bagian ujung sel trakea terbuka membentuk pipa kapiler. Struktur jaringan
xilem seperti pipa kapiler ini terjadi karena sel – sel penyusun jaringan
tersebut tersebut mengalami fusi (penggabungan). Air bergerak dari sel trakea
satu ke sel trakea yang di atasnya mengikuti prinsip kapilaritas dan kohesi air
dalam sel trakea xilem.
2. Faktor – Faktor
Yang Mempengaruhi Pengangkutan Air.
a. Daya Hisap Daun (Tarikan Transpirasi)
Pada organ daun terdapat proses
penguapan air melalui mulut daun (stomata ) yang dikenal sebagai proses
transpirasi. Proses ini menyebabkan sel daun kehilanagan air dan timbul tarikan
terhadap air yang ada pada sel – sel di bawahnya dan tarikan ini akan diteruskan
molekul demi molekul, menuju ke bawah sampai ke seluruh kolom air pada xilem
sehingga menyebabkan air tertarik ke atas dari akar menuju ke daun. Dengan
adanya transpirasi membantu tumbuhan dalam proses penyerapan dan transportasi
air di dalam tumbuhan. Adapun transpirasi itu sendiri merupakan mekanisme
pengaturan fisiologis yan g herhubungan dengan proses adaptasi tumbuhan
terhadap lingkungan.
Ada beberapa factor yang mempengaruhi
proses kecepatan transparasi uap air dari daun, yaitu:
1) Temperatur udara, makin tinggi temperature , kecepatan transprasi akan semakin tinggi.
2) Instensitas cahaya matahari, semakin tinggi intesitas cahaya matahari yang diterima daun, maka kecepatan transpirasi akan semakin tinggi.
3) Kelembaban udara
4) Kandungan air tanah.
Di samping itu, transpirasi juga dipengaruhi oleh faktor dalam tumbuhan di antaranya adalah banyaknya pembuluh, ukuran sel jaringan pengangkut, jumlah, dan ukuran stomata.
1) Temperatur udara, makin tinggi temperature , kecepatan transprasi akan semakin tinggi.
2) Instensitas cahaya matahari, semakin tinggi intesitas cahaya matahari yang diterima daun, maka kecepatan transpirasi akan semakin tinggi.
3) Kelembaban udara
4) Kandungan air tanah.
Di samping itu, transpirasi juga dipengaruhi oleh faktor dalam tumbuhan di antaranya adalah banyaknya pembuluh, ukuran sel jaringan pengangkut, jumlah, dan ukuran stomata.
b. Kapilaritas Batang
Pengangkutan air melalui pembuluh kayu
(xilem), terjadi karena pembuluh kayu (xilem) tersusun seperti rangkaian
pipa-pipa kapiler. Dengan kata lain, pengangkutan air melalui xilem
mengikuti prinsip kapilaritas. Daya kapilaritas disebabkan karena adanya kohesi
antara molekul air dengan air dan adhesi antara molekul air dengan dinding
pembuluh xilem. Baik kohesi maupun adhesi ini menimbulkan tarikan terhadap
molekul air dari akal sampai ke daun secara bersambungan.
c. Tekanan Akar
Akar tumbuhan menyerap air dan €taram
mineral baik siang maupun malam. Pada malam hari, ketika transpirasi sangat
rendah atau bahkan nol, sel-sel akar masih tetap menggunakan energi untuk
memompa ion – ion mineral ke dalam xilem. Endodermis yang mengelilingi stele
akar tersebut membantu mencegah kebocoran ion – ion ini keluar dari stele. Akumulasi
mineral di dalam stele akan menurunkan potensial air. Air akan mengalir masuk
dari korteks akar, menghasilkan suatu tekanan positif yang memaksa cairan naik
ke xilem. Dorongan getah xilem ke arah atas ini disebut tekanan akar (roof
pressure). Tekanan akar juga menyebabkan tumbuhan mengalami gutasi, yaitu
keluarnya air yang berlebih pada malam hari melalui katup pelepasan (hidatoda)
pada daun. Biasanya air yang keluar dapat kita lihat pada pagi hari berupa
tetesan atau butiran air pada ujung-ujung helai daun rumput atau pinggir daun
kecil herba (tumbuhan tak berkayu) dikotil.
3. Pengangkutan Hasil
Fotosintesis
Proses pengangkutan bahan makanan dalam
tumbuhan dikenal dengan translokasi. Translokasi merupakan pemindahan hasil
fotosintesis dari daun atau organ tempat penyimpanannya ke bagian lain tumbuhan
yang memerlukannya. Jaringan pembuluh yang bertugas mengedarkan hasil
fotosintesis ke seluruh bagian tumbuhan adalah floem (pembuluh tapis). Zat
terlarut yang paling banyak dalam getah floem adalah gula, terutama sukrosa.
Selain itu, di dalam getah floem juga mengandung mineral, asam amino,dan
hormon, berbeda dengan pengangkutan pada pembuluh xilem yang berjalan satu arah
dari akar ke daun, pengangkutan pada pembuluh xylem yang berjalan satu arah
dari akar kedaun, pengengkutan pada pembuluh floem dapat berlangsung kesegala
arah, yaitu dari sumber gula (tempat penyimpanan hasil fotosintesis) ke organ
lain tumbuhan yang memerlukannya. Satu pembuluh tapis dalam sebuah berkas
pembuluh bisa membawa cairan floem dalam satu arah sementara cairan didalam
pipa lain dalam berkas yang sama dapat mengalir dengan arah yang berlaianan.
Untuk masing – masing pembuluh tapis, arah transport hanya bergantung pada
lokasi sumber gula dan tempat penyimpanan makanan yang dihubungkan oleh pipa
tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar